Kamis, 25 Juli 2013

Lele Masamo

Lele masamo merupakan hasil pengumpulan sifat berbagai plasma nutfah lele dari beberapa negara. Antara lain, lele asli Afrika, lele Afrika yang diadaptasi di Asia, Clarias macrocephalus/bighead catfish yang merupakan lele Afrika dan di kohabitasi di Thailand, dan lele dumbo (brown catfish).

Lele Afrika terkenal kecepatan tumbuh dan ketahanan tubuh yang tinggi. Sedangkan lele Afrika yang telah mengalami kohabitasi domestik di Asia/Asia Tenggara memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan dan tahan terhadap penyakit lokal. Selain itu ada juga strain yang memiliki produktivitas telur tinggi (spawning rate) dan ada yang efisien pakan.

Lele masamo memiliki ciri khas fisik cukup berbeda dengan lele dumbo atau lele lain yang lebih dulu beredar. Kepala lele Masamo lebih lonjong, menyerupai sepatu pantofel model lama. Sirip (patil) lebih tajam, badan lebih panjang dan berwarna kehitaman. Ketika stres, muncul warna keputih-putihan atau keabu-abuan. Terdapat bintik seperti tahi lalat di sekujur tubuh masamo yang berukuran besar, memiliki tonjolan di tengkuk kepala, serta bentuk kepala lebih runcing.

Benih sebar yang diperuntukkan bagi budidaya pembesaran konsumsi atau yang umum disebut Final Stock (FS) dari breeding Masamo, memiliki sifat bertubuh besar, rakus makan tapi tetap efisien, keseragaman tinggi, stress tolerance tinggi, ketahanan penyakit tinggi, dan sifat kanibal rendah.

*Bibit Lele Palembang Berkualitas

Lele Phyton

Berbeda dengan varietas unggul lainnya yang biasanya ditemukan oleh para peneliti, ikan lele phyton ditemukan oleh para peternak ikan lele di Kabupaten Pandeglang, Banten, pada tahun 2004. Ikan lele phyton merupakan hasil dari silangan induk lele eks Thailand F2 dengan induk lele lokal. Sayangnya tidak diketahui apa spesies dari indukannya dan dari generasi keberapa indukan ikan lele lokalnya berasal. Menurut para penemunya, indukan didapat dari ikan lele lokal yang banyak dibudidayakan masyarakat setempat secara turun temurun. Tapi berdasarkan beberapa literatur, lele phyton berasal dari induk betina lele eks Thailand F2 dengan induk jantan lele dumbo F6.

Ikan lele phyton mempunyai ketahanan terhadap cuaca dingin, tingkat kelangsungan hidup (survival rate) lebih dari 90%. Sementara itu, FCR mencapai 1, artinya satu kilogram pakan menjadi satu kilogram daging dihitung mulai benih ditebar sampai panen dengan siklus pemeliharaan selama 50 hari.

Pada awalnya proyek Ikan lele phyton ini dilakukan untuk menjawab keluhan para peternak lele di Desa Banyumundu, Kabupaten Pandeglang. Mereka sering mengalami kerugian karena tingkat mortalitas yang tinggi dari benih lele yang dibeli dipasaran, seperti lele dumbo. Benih lele tersebut rupanya tidak cocok dibudidayakan di Desa Banyumundu yang beriklim dingin, pada malam hari berkisar 17 derajat celcius. Dengan metode try and error selama lebih dari 2 tahun akhirnya mereka menemukan varietas lele yang kemudian dinamakan Ikan lele phyton. Kualitas lele phyton ini juga diakui oleh Dinas Perikanan Budidaya Provinsi Banten.
Sesuai dengan namanya, lele phyton memiliki bentuk kepala seperti ular phyton. Gerakannya lebih lincah dari lele dumbo dan rasa dagingnya lebih gurih, tidak lembek. Dari segi rasa, lele phyton lebih mendekati lele lokal.

*Bibit Lele Palembang Berkualitas

Lele Sangkuriang

Ikan lele sangkuriang resmi dilepas oleh Departemen Kelautan dan Perikanan pada tahun 2004. Penelitian ikan lele sangkuriang dilakukan oleh Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPAT) Sukabumi sejak tahun 2002. Penelitian ini berawal dari kekhawatiran para peternak dengan menurunnya kualitas lele dumbo yang beredar di masyarakat. Penurunan disebabkan oleh kesalahan dalam menghasilkan benih dan penyilangan yang terjadi secara terus menerus. Hingga akhirnya diupayakan untuk mengembalikan sifat-sifat unggulnya dengan cara persilangan balik (back cross).

Ikan lele sangkuriang dihasilkan dari indukan betina lele dumbo generasi ke-2 atau F2 dan lele dumbo jantan F6. Induk betina merupakan koleksi BBPAT, keturunan F2 dari lele dumbo yang pertama kali didatangkan pada tahun 1985. Sedangkan indukan jantan merupakan keturunan F6 dari keturunan induk betina F2 itu. Penamaan Sangkuriang diambil dari cerita rakyat Jawa Barat tentang seorang anak yang bernama Sangkuriang yang mengawini ibunya sendiri. Sama seperti yang dilakukan BBPAT yang mengawinkan lele jantan F6 dengan induknya sendiri lele betina F2.

Dari hasil perkawinan ini ternyata didapatkan sifat-sifat unggul seperti kemampuan bertelur hingga 40.000-60.000 butir per sekali pemijahan. Jauh berbeda dengan kemampuan bertelur ikan lele lokal yang berkisar 1.000-4.000 butir. Lele Sangkuriang juga lebih tahan terhadap penyakit, dapat dipelihara di air minim, dan kualitas daging yang lebih baik.

Hanya saja kelemahannya, peternak tidak bisa membenihkan lele Sangkuriang dari induk lele Sangkuriang. Apabila ikan lele Sangkuriang dibenihkan lagi, kualitasnya akan turun. Jadi pembenihan lele Sangkuriang harus dilakukan dengan persilangan balik.

Saat ini BBPAT sedang menggodok varian baru lele Sangkuriang, yaitu ikan lele Sangkuriang II. Jenis ini merupakan perbaikan dari Sangkuriang I. Ikan lele ini persilangan antara indukan jantan F6 Sangkuriang I dengan indukan betina F2 lele dari Afrika. Indukan lele Afrika dipilih karena ukurannya yang besar, bisa sampai 7 kilogram. Hal ini dipandang bisa memperbaiki sifat genetis lele Sangkuriang. Berdasarkan pemulianya, yaitu BBPAT, ikan lele Sangkuriang II pertumbuhannya lebih besar 10 persen ketimbang Sangkuriang dan bobotnya pun lebih bongsor.

Ikan lele sangkuriang II belum dilepas secara bebas. Pihak BBPAT masih melakukan uji multilokasi di daerah Bogor (Jawa Barat), Gunung Kidul (Yogyakarta), Kepanjen (Jawa Timur) dan  Boyolali (Jawa Tengah). Daerah tersebut memang dikenal sebagai sentra-sentra produksi lele nasional.


*Bibit Lele Palembang Berkualitas

Ikan Lele

Lele atau ikan keli, adalah sejenis ikan yang hidup di air tawar. Lele mudah dikenali karena tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang, serta memiliki "kumis" yang panjang, yang mencuat dari sekitar bagian mulutnya.

Lele, secara ilmiah terdiri dari banyak spesies. Tidak mengherankan pula apabila lele di Nusantara mempunyai banyak nama daerah. Antara lain: ikan kalang (Sumatera Barat), ikan maut (Gayo dan Aceh), ikan sibakut (Karo), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makassar), ikan cepi (Sulawesi Selatan), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah) atau ikan keli (Malaysia), ikan 'keli' untuk lele yang tidak berpatil sedangkan disebut 'penang' untuk yang memiliki patil (Kalimantan Timur).

Di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond (Thailand), gura magura (Srilangka), dan 鲇形目 (Tiongkok). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish danwalking catfish. Nama ilmiahnya, Clarias, berasal dari bahasa Yunani chlaros, yang berarti ‘lincah’, ‘kuat’, merujuk pada kemampuannya untuk tetap hidup dan bergerak di luar air.

Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin, kecuali lele laut yang tergolong ke dalam marga dan suku yang berbeda (Ariidae). Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Bahkan ikan lele bisa hidup pada air yang tercemar, misalkan di got-got dan selokan pembuangan.


Ikan lele bersifat nokturnal, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam, ikan lele memijah pada musim penghujan. Walaupun biasanya lele lebih kecil daripada gurami umumnya,namun ada beberapa jenis lele yang bisa mencapai panjang 1-1,5 m dan beratnya bisa mencapai lebih dari 2 kg,contohnya lele Wels dari Amerika.

* Bibit Lele Palembang Berkualitas

Rabu, 24 Juli 2013

Al-Thaf Hatcheries

Berawal dari observasi kami atas kebutuhan ikan lele di wilayah Palembang yang sampai saat ini masih belum terpenuhi oleh pengusaha lokal, kami memulai usaha pembesaran ikan lele di daerah Pakjo, Palembang. Usaha tersebut awalnya berjalan lancar sampai pada suatu saat kami mengalami penurunan jumlah ikan yang dipanen. Setelah melakukan penelitian dan berdiskusi dengan reken-rekan pengusaha pembesaran lele di Palembang dan di daerah Jawa, kami menarik kesimpulan bahwa kunci keberhasilan usaha pengembangan lele terletak pada pemilihan benih lele dan manajemen air yang baik. Benih lele dengan kualitas yang kurang baik akan memberikan dampak negatif yang sangat besar dalam usaha pembesaran lele, bahkan sering kali kita melihat pengusaha pembesaran lele yang merugi karena kesalahan dalam pemilihan benih. Benih lele umumnya kita beli dari orang lain dan terkadang kita tidak mendapatkan informasi yang jelas (jujur) atas kondisi benih yang kita beli tersebut, bahkan terkadang kuantitasnya pun kita tidak ketahui secara pasti.


Berdasarkan pengalaman kami tersebut, kami mulai membuka usaha pembenihan lele sendiri dengan nama Al-Thaf Hatcheries yang berlokasi di Jalan Ki A Mangku RT 18 / RW 005, Talang Kemang, Kelurahan Sentosa, Kecamatan Seberang Ulu 2, Palembang. Kami berkomitmen memberikan informasi yang jelas dan transparan atas benih lele yang kami jual baik kualitas maupun kuantitas dari benih tersebut. Bagi para pengusaha pembesaran lele yang berminat membeli benih lele kami dapat datang langsung ke lokasi pembenihan kami atau menghubungi :

Handphone :
> 0852-125-333-84 (Vero)

Blog :

Facebook :

Terimakasih.......

* Bibit Lele Palembang Berkualitas